Minggu, 07 Oktober 2012

SEKILAS TENTANG METODE PEMBELAJARAN

BYOND CENTERS AND CIRCLE TIME (BCCT)


Yaitu konsep belajar dimana guru-guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.


Hasilnya :
siswa memperoleh pengetahuan dan kertrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mencoba sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat sekarang dan kelak.

Kenapa menggunakan system BCCT ini ?

Anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan ALAMIAH.
 
Belajar akan lebih bermakna jika anak MENGALAMI apa yang dipelajari bukan sekedar MENGETAHUI.
 
Pembelajaran akan lebih bermakna dan mengena.

Apakah system yang ada selama ini gagal ? 

Memang tidak ekstrim begitu. Pembelajaran yang lebih berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi MENGINGAT jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Bukankah itu yang terjadi dikelas-kelas kita.

  • Apa yang sebenarnya kita inginkan ?
Dalam pendekatan BCCT proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
STRATEGI pembelajaran lebih dipentingkan daripada HASIL.
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.
Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti, dalam hal ini diperlukan guru sebagai PENGARAH DAN PEMBIMBING atau INSPIRATOR

  • Mengapa system ini menjadi pilihan ?
Saat ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Guru masih menjadi center (pengetahuan dll), ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar.
Nah, sekarang diperlukan strategi belajar BARU yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, namun bagaimana mendorong siswa membangun pengetahuan di benak mereka sendiri
BCCT belajar mengalami bukan menghafal
  • Kebiasaan apa yang ingin di perbaiki ?
Sudah cukup lama kita sadar bahwa kelas-kelas kita tidak produktif. Sehari-hari kelas diisi dengan ceramah, sementara siswa DIPAKSA menerima dan menghafal.
Pilihannya adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan siswa
  • Apakah landasan filosofi pengembangan BCCT ini ?
Landasan filosofi BCCT adalah KONSTRUKTIVISME, yakni filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak sekedar mnenghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta yang terpisah namun mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.
  • Trend belajar yang bagaimana yang melandasi system ini ?
Belajar tidak sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka
Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru
Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadio fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
Ketrampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sempit), sedikit demi sedikit.
Penting bagi siswa tahu UNTUK APA ia belajar, dan BAGAIMANA ia menggunakan pengetahuan dan ketrampilan itu.
Tugas guru MEMFASILITASI agar informasi yang baru menjadi bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerpakan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan cara mereka sendiri.
Pengajaran harus berpusat pada BAGAIMANA CARA siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.
STRATEGI belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya.

  • Apakah BCCT ini baru ?
Bukan! Filosofi yang mendasari pendekatan ini sudah dikembangkan oleh CCCRT (Creative Center for Childhood Research and Training)
  • Dari mana asalnya dan siapa yang mengembangkannya ?
BCCT dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) Florida, USA dan dilaksanakan di Creative Pre school Florida, USA selama lebih dari 25 tahun, baik untuk anak normal maupun untuk anak dengan kebutuhan khusus.
  • Komponen apa yang dilibatkan ?
Konstruktivisme – bertanya – menemukan – Masyarakat belajar – Pemodelan – Refleksi Penilaian sebenarnya
  • Apa MOTTO nya ?
Student learn best by actively constructing their own understanding
(cara belajar terbaik adalah siswa mengkontruksikan sendiri pengalamannya)
  • Starategi belajar apa yang berasosiasi dengan BCCT ?
CBSA – Pendekatan Proses – Life skill education – Authentic instruction – Inquiry based learning
Problem – based learning – Cooperative learning – Service learning – Work Based learning
  • Apa beda BCCT dengan KBK, CBSA, Pendekatan Proses, Quantum Learning, Student active Learning, Meaningful Learning, Problem Based Learning, Cooperative Learning, Work-Based Learning, dan sejenisnya ?
JIWA, dari pendekatan-pendekatan itu sebenarnya sama dengan pendekatan BCCT, yakni, bagaimana menghidupkan kelas.
 Kelas yang hidup adalah kelas yang memberdayakan siswa atau berfokus pada siswa, yakni kelas yang produktif dan menyenangkan. Bedanya ada pada aspek penekanannya.

  • Bagaimana praktiknya di kelas ?
Kelas dirancang dalam bentuk SENTRA – SENTRA missal :
Sentra Alam, Sentra Persiapan Keaksaraan, Sentra Bermain Peran (Makro / Mikro), Sentra Rancang Bangun / Balok, Sentra Musik & Olah Tubuh, Sentra Seni dan kreatifitas, Sentra Imtaq, Sentra IT

1 guru bertanggung jawab pada 7 – 12 siswa saja dengan moving class setiap hari dari satu sentra ke sentra lain.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok)
Hadirkan : model, sebagai contoh pembelajaran
Lakukan pijakan-pijakan
Lakukan refleksi diakhir pertemuan

Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

  • Bagaimana ciri kelas yang menggunakan system BCCT ini ?
Terjalain kerjasama – Saling menunjuang – Gembira – Belajar dengan bergairah
Pembelajaran terintegrasi – Menggunakan berbagai sumber – Siswa aktif
Menyenangkan tidak membosankan – Terjalain sharing dengan teman
Para siswa kritis – Guru kreatif.
  • Apakah BCCT hanya bisa diterapkan dikelas kecil saja ?
Tidak
BCCT bisa diterapkan dikelas yang jumlahnya besar sekalipun asal proporsional.
Karena guru tidak lagi sebagai sentral.
  • Apakah penerapan BCCT harus mengubah kurikulum ?
Tidak.
Karena BCCT hanya sebuah strategi belajar
BCCT sangat sesuai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
  • Apakah selama ini guru belum menerapkan BCCT ?
Tergantung.
Bagaimana kondisinya selama ini.apakah polanya Student – Centered / Teacher – Centered
  • Apakah penerapan BCCT memerlukan biaya besar dan media khusus ?.
Tidak.

SELING (SENTRA & LINGKARAN) / BCCT.

Sentra dan lingkaran adalah sebuah metode pengajaran yang menempatkan siswa pada posisi yang proporsional. Dunia anak adalah dunia bermain maka selayaknyalah konsep pendidikan untuk anak usia dini dirancang dalam bentuk bermain. Intinya bermain adalah belajar, dan belajar adalah bermain.


SEKILAS TENTANG METODE SELING / BCCT

Suatu metode / pendekatan dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini yang 
dikembangkan berdasarkan hasil kajian teoritik dan empirik.

Nama asli metode ini adalah BCCT (Beyond Center and Circle Time)

Metode ini di Indonesia dipopulerkan dengan istilah SELING (Sentra & Lingkaran)

Metode SELING merupakan pengembangan dari metode Montessori, High Scope dan Reggio 
EmilioMetode SELING dikembangkan oleh Creative Center for childhood Research and 
training (CCCRT) Florida, USA dan dilaksanakan di Creative Pre school Florida, USA selama 
lebih dari 25 tahun, baik untuk anak normal maupun untuk anak dengan kebutuhan khusus.

BAGAIMANA PENERAPANNYA

Metode SELING dirancang dalam bentuk sentra-sentra. Misal ; sentra Alam, sentra bermain 
peran Mikro, sentra bermain peran Makro, sentra Rancang bangun, sentra Persiapan, sentra 
imtaq, sentra seni & Kratifitas, sentra Musik & Olah Tubuh, sentra IT dll. 

Setiap guru bertanggung jawab pada 10 murid saja dengan moving class, sesuai dengan 
sentra gilirannya. 

Metode SELING ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (Multiple 
Intelligences).

Metode SELING memandang bermain sebagai wahana yang paling tepat dan satu-satunya 
wahana yang.

Paling tepat diantara metode – metode yang ada, karena disamping menyenangkan, bermain dalam setting pendidikan dapat menjadi wahana untuk berfikir aktif, kreatif dan bertanggung jawab.

Untuk menerapkan metode ini seorang guru hendaknya mengikuti pijakan-pijakan guna membentuk keberaturan antara bermain dan belajar. Berikut ini adalah Pijakan-pijakan yang harus diikuti :

  1. Pijakan lingkungan
    Guru menata lingkungan yang disesuaikan dengan intensitas & densitas

  1. Pijakan sebelum bermain
    Guru meminta para siswa untuk membentuk lingkaran
    Guru ada diantara para siswa sambil bernyanyi
    Guru meminta para siswa untuk duduk melingkar
    Guru meminta para siswa berdo’a bersama
    Guru menanyakan para siswa kesiapan mendengar cerita dan memasuki sentra
    Guru memulai bercerita menggunakan media yang sesuai dengan tema
    Guru menginformasikan jenis mainan yang ada dan menyampaikan aturan bermain
    Guru meminta siswa masuk ke area sentra

3.    Pijakan saat bermain
Guru mempersiapkan catatan perkembangan siswa
Guru mencatat perilaku, kemampuan dan celetukan siswa
Guru membantu siswa jika dibutuhkan
Guru mengingatkan siswa bila ada yang lupa atau melanggar aturan

  1. Pijakan setelah bermain / Recalling
    Guru meminta siswa untuk membereskan mainan dan alat yang dipakai
    Guru meminta siswa menceritakan pengalaman bermainnya sambil menghitung jumlah kegiatan yang dilakukan
    Guru menutup kegiatan dengan berdo’a bersama
    Guru membagikan buku komunikasi sebelum pulang