BYOND CENTERS
AND CIRCLE TIME (BCCT)
Yaitu konsep belajar dimana
guru-guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
Hasilnya :
siswa memperoleh pengetahuan dan
kertrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses
mencoba sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya
sebagai anggota masyarakat sekarang dan kelak.
Kenapa menggunakan system BCCT ini ?
Anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
ALAMIAH.
Belajar akan lebih bermakna jika anak MENGALAMI apa yang dipelajari bukan sekedar
MENGETAHUI.
Pembelajaran akan lebih bermakna dan mengena.
Apakah system yang ada selama ini
gagal ?
Memang tidak ekstrim begitu.
Pembelajaran yang lebih berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil
dalam kompetisi MENGINGAT jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Bukankah itu yang terjadi
dikelas-kelas kita.
- Apa yang sebenarnya kita inginkan
?
Dalam
pendekatan BCCT proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa.
STRATEGI
pembelajaran lebih dipentingkan daripada HASIL.
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya,
dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa apa yang
mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.
Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu
bekal untuk hidupnya nanti, dalam hal ini diperlukan guru sebagai PENGARAH DAN
PEMBIMBING atau INSPIRATOR
- Mengapa system ini menjadi pilihan ?
Saat ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Guru masih
menjadi center (pengetahuan dll), ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar.
Nah, sekarang diperlukan strategi belajar BARU yang lebih memberdayakan siswa.
Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta,
namun bagaimana mendorong siswa membangun pengetahuan di benak mereka sendiri
BCCT belajar mengalami bukan menghafal
- Kebiasaan apa yang ingin di
perbaiki ?
Sudah cukup lama kita sadar bahwa
kelas-kelas kita tidak produktif. Sehari-hari kelas diisi dengan ceramah,
sementara siswa DIPAKSA menerima dan menghafal.
Pilihannya adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan siswa
- Apakah landasan filosofi
pengembangan BCCT ini ?
Landasan
filosofi BCCT adalah KONSTRUKTIVISME, yakni filosofi belajar yang menekankan
bahwa belajar tidak sekedar mnenghafal. Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat
dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta yang terpisah namun mencerminkan
ketrampilan yang dapat diterapkan.
- Trend belajar yang bagaimana yang
melandasi system ini ?
Belajar tidak sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka
Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru
Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadio fakta-fakta atau proposisi
yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
Ketrampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sempit),
sedikit demi sedikit.
Penting bagi siswa tahu UNTUK APA ia belajar, dan BAGAIMANA ia menggunakan
pengetahuan dan ketrampilan itu.
Tugas guru MEMFASILITASI agar informasi yang baru menjadi bermakna, memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerpakan ide mereka sendiri, dan
menyadarkan siswa untuk menerapkan cara mereka sendiri.
Pengajaran harus berpusat pada BAGAIMANA CARA siswa menggunakan pengetahuan
baru mereka. STRATEGI
belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya.
- Apakah BCCT ini baru ?
Bukan!
Filosofi yang mendasari pendekatan ini sudah dikembangkan oleh CCCRT (Creative Center for Childhood Research and
Training)
- Dari mana asalnya dan siapa yang mengembangkannya ?
BCCT dikembangkan oleh Creative
Center for Childhood Research and Training (CCCRT) Florida, USA dan
dilaksanakan di Creative Pre school Florida, USA selama lebih dari 25 tahun,
baik untuk anak normal maupun untuk anak dengan kebutuhan khusus.
- Komponen apa yang dilibatkan ?
Konstruktivisme
– bertanya – menemukan – Masyarakat belajar – Pemodelan – Refleksi Penilaian
sebenarnya
- Apa MOTTO nya ?
Student
learn best by actively constructing their own understanding
(cara belajar terbaik adalah siswa mengkontruksikan sendiri pengalamannya)
- Starategi belajar apa yang
berasosiasi dengan BCCT ?
CBSA
– Pendekatan Proses – Life skill education – Authentic instruction – Inquiry
based learning
Problem – based learning – Cooperative learning – Service learning – Work Based
learning
- Apa beda BCCT dengan KBK,
CBSA, Pendekatan Proses, Quantum Learning, Student active Learning,
Meaningful Learning, Problem Based Learning, Cooperative Learning,
Work-Based Learning, dan sejenisnya ?
JIWA, dari pendekatan-pendekatan itu sebenarnya sama dengan
pendekatan BCCT, yakni, bagaimana
menghidupkan kelas.
Kelas yang hidup adalah kelas yang
memberdayakan siswa atau berfokus pada siswa, yakni kelas yang produktif dan
menyenangkan. Bedanya ada pada aspek penekanannya.
- Bagaimana
praktiknya di kelas ?
Kelas dirancang dalam bentuk SENTRA
– SENTRA missal :
Sentra Alam, Sentra Persiapan Keaksaraan, Sentra Bermain
Peran (Makro / Mikro), Sentra Rancang Bangun / Balok, Sentra Musik & Olah
Tubuh, Sentra Seni dan kreatifitas, Sentra Imtaq, Sentra IT
1 guru bertanggung jawab pada 7 – 12 siswa saja dengan
moving class setiap hari dari satu sentra ke sentra lain.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan ketrampilan barunya
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua
topik
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok)
Hadirkan : model, sebagai contoh pembelajaran
Lakukan pijakan-pijakan
Lakukan refleksi diakhir pertemuan
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
- Bagaimana
ciri kelas yang menggunakan system BCCT ini ?
Terjalain
kerjasama – Saling menunjuang – Gembira – Belajar dengan bergairah
Pembelajaran terintegrasi – Menggunakan berbagai sumber – Siswa aktif
Menyenangkan tidak membosankan – Terjalain sharing dengan teman
Para siswa kritis – Guru kreatif.
- Apakah BCCT hanya bisa
diterapkan dikelas kecil saja ?
Tidak
BCCT bisa diterapkan dikelas yang jumlahnya besar sekalipun asal proporsional.
Karena guru tidak lagi sebagai sentral.
- Apakah penerapan BCCT harus
mengubah kurikulum ?
Tidak.
Karena BCCT hanya sebuah strategi belajar
BCCT sangat sesuai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
- Apakah
selama ini guru belum menerapkan BCCT ?
Tergantung.
Bagaimana kondisinya selama ini.apakah polanya Student – Centered / Teacher –
Centered
- Apakah
penerapan BCCT memerlukan biaya besar dan media khusus ?.
Tidak.
SELING
(SENTRA & LINGKARAN) / BCCT.
Sentra dan lingkaran adalah sebuah metode pengajaran yang menempatkan siswa
pada posisi yang proporsional. Dunia anak adalah dunia bermain maka
selayaknyalah konsep pendidikan untuk anak usia dini dirancang dalam bentuk
bermain. Intinya bermain adalah belajar, dan belajar adalah bermain.
SEKILAS
TENTANG METODE SELING / BCCT
Suatu metode / pendekatan dalam penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia Dini yang
dikembangkan berdasarkan hasil kajian teoritik
dan empirik.
Nama asli metode ini adalah BCCT
(Beyond Center and Circle Time)
Metode ini di Indonesia dipopulerkan
dengan istilah SELING (Sentra & Lingkaran)
Metode SELING merupakan pengembangan
dari metode Montessori, High Scope dan Reggio
EmilioMetode SELING dikembangkan
oleh Creative Center for childhood Research and
training (CCCRT) Florida, USA
dan dilaksanakan di Creative Pre school Florida, USA selama
lebih dari 25
tahun, baik untuk anak normal maupun untuk anak dengan kebutuhan khusus.
BAGAIMANA PENERAPANNYA
Metode SELING dirancang dalam bentuk
sentra-sentra. Misal ; sentra Alam, sentra bermain
peran Mikro, sentra bermain
peran Makro, sentra Rancang bangun, sentra Persiapan, sentra
imtaq, sentra seni
& Kratifitas, sentra Musik & Olah Tubuh, sentra IT dll.
Setiap guru bertanggung jawab pada 10 murid saja dengan
moving class, sesuai dengan
sentra gilirannya.
Metode SELING ditujukan untuk merangsang seluruh aspek
kecerdasan anak (Multiple
Intelligences).
Metode SELING
memandang bermain sebagai wahana yang paling tepat dan satu-satunya
wahana yang.
Paling
tepat diantara metode – metode yang ada, karena disamping menyenangkan, bermain
dalam setting pendidikan dapat menjadi wahana untuk berfikir aktif, kreatif dan
bertanggung jawab.
Untuk
menerapkan metode ini seorang guru hendaknya mengikuti pijakan-pijakan guna
membentuk keberaturan antara bermain dan belajar. Berikut ini adalah
Pijakan-pijakan yang harus diikuti :
- Pijakan
lingkungan
Guru menata lingkungan yang disesuaikan dengan
intensitas & densitas
- Pijakan
sebelum bermain
Guru meminta para siswa untuk membentuk lingkaran
Guru ada diantara para siswa sambil bernyanyi
Guru meminta para siswa untuk duduk melingkar
Guru meminta para siswa berdo’a bersama
Guru menanyakan para siswa kesiapan mendengar cerita dan memasuki sentra
Guru memulai bercerita menggunakan media yang sesuai dengan tema
Guru menginformasikan jenis mainan yang ada dan menyampaikan aturan
bermain
Guru meminta siswa masuk ke area sentra
3. Pijakan saat bermain
Guru mempersiapkan catatan perkembangan siswa
Guru mencatat perilaku, kemampuan dan celetukan siswa
Guru membantu siswa jika dibutuhkan
Guru mengingatkan siswa bila ada yang lupa atau melanggar aturan
- Pijakan setelah bermain /
Recalling
Guru meminta siswa untuk membereskan mainan dan alat
yang dipakai
Guru meminta siswa menceritakan pengalaman bermainnya sambil menghitung
jumlah kegiatan yang dilakukan
Guru menutup kegiatan dengan berdo’a bersama
Guru membagikan buku komunikasi sebelum pulang
Hasilnya :
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.
Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti, dalam hal ini diperlukan guru sebagai PENGARAH DAN PEMBIMBING atau INSPIRATOR
Nah, sekarang diperlukan strategi belajar BARU yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, namun bagaimana mendorong siswa membangun pengetahuan di benak mereka sendiri
BCCT belajar mengalami bukan menghafal
Pilihannya adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan siswa
Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru
Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadio fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
Ketrampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sempit), sedikit demi sedikit.
Penting bagi siswa tahu UNTUK APA ia belajar, dan BAGAIMANA ia menggunakan pengetahuan dan ketrampilan itu.
Tugas guru MEMFASILITASI agar informasi yang baru menjadi bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerpakan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan cara mereka sendiri.
Pengajaran harus berpusat pada BAGAIMANA CARA siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. STRATEGI belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya.
(cara belajar terbaik adalah siswa mengkontruksikan sendiri pengalamannya)
Problem – based learning – Cooperative learning – Service learning – Work Based learning
Pembelajaran terintegrasi – Menggunakan berbagai sumber – Siswa aktif
Menyenangkan tidak membosankan – Terjalain sharing dengan teman
Para siswa kritis – Guru kreatif.
BCCT bisa diterapkan dikelas yang jumlahnya besar sekalipun asal proporsional.
Karena guru tidak lagi sebagai sentral.
Karena BCCT hanya sebuah strategi belajar
BCCT sangat sesuai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Bagaimana kondisinya selama ini.apakah polanya Student – Centered / Teacher – Centered
Sentra dan lingkaran adalah sebuah metode pengajaran yang menempatkan siswa pada posisi yang proporsional. Dunia anak adalah dunia bermain maka selayaknyalah konsep pendidikan untuk anak usia dini dirancang dalam bentuk bermain. Intinya bermain adalah belajar, dan belajar adalah bermain.
Guru menata lingkungan yang disesuaikan dengan intensitas & densitas
Guru meminta para siswa untuk membentuk lingkaran
Guru ada diantara para siswa sambil bernyanyi
Guru meminta para siswa untuk duduk melingkar
Guru meminta para siswa berdo’a bersama
Guru menanyakan para siswa kesiapan mendengar cerita dan memasuki sentra
Guru memulai bercerita menggunakan media yang sesuai dengan tema
Guru menginformasikan jenis mainan yang ada dan menyampaikan aturan bermain
Guru meminta siswa masuk ke area sentra
Guru mempersiapkan catatan perkembangan siswa
Guru mencatat perilaku, kemampuan dan celetukan siswa
Guru membantu siswa jika dibutuhkan
Guru mengingatkan siswa bila ada yang lupa atau melanggar aturan
Guru meminta siswa untuk membereskan mainan dan alat yang dipakai
Guru meminta siswa menceritakan pengalaman bermainnya sambil menghitung jumlah kegiatan yang dilakukan
Guru menutup kegiatan dengan berdo’a bersama
Guru membagikan buku komunikasi sebelum pulang